Minggu, 10 Februari 2013

MAJAS

MAJAS


Sebuah cerita terkadang mengandung gaya bahasa atau majas. Hal tersebut untuk memperindah cerita. Ada pun jenis-jenis majas tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Hiperbola

Majas yang menyebutkan sesuatu secara berlebihan.

Contoh: Keringatnya deras mengucur.

b. Personifikasi

Majas yang menyatakan perbuatan manusia, tetapi dilakukan oleh bukan manusia.

Contoh: Burung itu menari di atas ranting.

c. Metafora

Majas yang menyatakan sesuatu dengan hal lain yang memiliki kesamaan sifat tertentu.

Contoh: Ibu, engkaulah matahariku.

d. Litotes

Majas yang menyatakan sesuatu dengan mengurangi nilainya.

Contoh: Aku lapar. Berilah aku sesuap nasi.

e. Eufimisme

Majas yang menyatakan sesuatu dengan halus.

Contoh: Aku ke belakang untuk buang air kecil.

f. Sinekdokhe

(1) Pras pro toto

Majas yang menyatakan sesuatu dengan hanya menyebutkan bagiannya.

Contoh: Aku membeli tiga ekor sapi.

(2) Totem pro parte

Majas yang menyatakan bagian dengan menyebutkan seluruhnya.

Contoh: Indonesia mengalahkan Jepang dalam lomba catur tingkat Asia.

g. Alegori

Majas yang menyatakan sesuatu dengan hal lain yang memiliki kesamaan sifat secara menyeluruh (mutlak).

Contoh:

Seorang suami merupakan pemimpin rumah tangga, nahkoda kapal, dalam mengarungi bahtera kehidupan.

h. Antitesis

Majas yang menyatakan sesuatu dengan juga menyebutkan pertentangannya.

Contoh: Kaya atau miskin, itu bukan ukuran dalam mencari sahabat.

i. Paradoks

Majas yang menyatakan sesuatu yang bertentangan.

Contoh: Hatiku merasa sepi jika tinggal di permukiman yang ramai.

j. Klimaks

Majas yang menyatakan sesuatu secara berurut, mulai dari yang kecil ke yang besar.

Contoh: Lapangan itu dipenuhi anak-anak, remaja, sampai orang tua.

k. Antiklimaks

Majas yang menyatakan sesuatu dengan urutan yang mengecil.

Contoh: Jangankan semilyar, sejuta, seratus ribu, sepuluh ribu pun aku tak punya.

l. Pleonasme

Majas yang menyatakan sesuatu dengan menyebutkan kata yang tidak perlu disebutkan.

Contoh: Nilaiku sangat bagus sekali.

m. Ironi

Majas yang menyatakan sindiran halus dengan menyebutkan lawan maknanya.

Contoh: Wah, rajin sekali kamu, yang lainnya sudah mau pulang, kamu baru datang.

n. Sinisme

Majas yang menyatakan sindiran yang agak kasar karena tidak lagi menggunakan kata yang berlawanan maknanya.

Contoh: Begitukah yang dinamakan belajar?

o. Sarkasme

Majas yang menyatakan sindiran kemarahan.

Contoh: Otakmu itu otak udang,

p. Repetisi

Majas yang menyatakan sesuatu dengan mengulanginya dengan maksud menegaskan.

Contoh: Aku akan datang ke rumahmu, ke rumahmu.

q. Alusio

Majas yang menyatakan sesuatu dengan sebuah peribahasa.

Contoh: Kamu itu tong yang nyaring bunyinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar