MAJAS
Sebuah cerita terkadang mengandung gaya bahasa atau
majas. Hal tersebut untuk memperindah cerita. Ada pun jenis-jenis majas
tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Hiperbola
Majas yang menyebutkan sesuatu secara berlebihan.
Contoh: Keringatnya deras mengucur.
b. Personifikasi
Majas yang menyatakan perbuatan manusia, tetapi dilakukan
oleh bukan manusia.
Contoh: Burung itu menari di atas ranting.
c. Metafora
Majas yang menyatakan sesuatu dengan hal lain yang
memiliki kesamaan sifat tertentu.
Contoh: Ibu, engkaulah matahariku.
d. Litotes
Majas yang menyatakan sesuatu dengan mengurangi nilainya.
Contoh: Aku lapar. Berilah aku sesuap nasi.
e. Eufimisme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan halus.
Contoh: Aku ke belakang untuk buang air kecil.
f. Sinekdokhe
(1) Pras pro toto
Majas yang menyatakan sesuatu dengan hanya menyebutkan
bagiannya.
Contoh: Aku membeli tiga ekor sapi.
(2) Totem pro parte
Majas yang menyatakan bagian dengan menyebutkan seluruhnya.
Contoh: Indonesia mengalahkan Jepang dalam lomba catur
tingkat Asia.
g. Alegori
Majas yang menyatakan sesuatu dengan hal lain yang
memiliki kesamaan sifat secara menyeluruh (mutlak).
Contoh:
Seorang suami merupakan pemimpin rumah tangga, nahkoda kapal,
dalam mengarungi bahtera kehidupan.
h. Antitesis
Majas yang menyatakan sesuatu dengan juga menyebutkan
pertentangannya.
Contoh: Kaya atau miskin, itu bukan ukuran dalam mencari
sahabat.
i. Paradoks
Majas yang menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh: Hatiku merasa sepi jika tinggal di permukiman
yang ramai.
j. Klimaks
Majas yang menyatakan sesuatu secara berurut, mulai dari
yang kecil ke yang besar.
Contoh: Lapangan itu dipenuhi anak-anak, remaja, sampai
orang tua.
k. Antiklimaks
Majas yang menyatakan sesuatu dengan urutan yang
mengecil.
Contoh: Jangankan semilyar, sejuta, seratus ribu, sepuluh
ribu pun aku tak punya.
l. Pleonasme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan menyebutkan kata
yang tidak perlu disebutkan.
Contoh: Nilaiku sangat bagus sekali.
m. Ironi
Majas yang menyatakan sindiran halus dengan menyebutkan
lawan maknanya.
Contoh: Wah, rajin sekali kamu, yang lainnya sudah mau
pulang, kamu baru datang.
n. Sinisme
Majas yang menyatakan sindiran yang agak kasar karena
tidak lagi menggunakan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh: Begitukah yang dinamakan belajar?
o. Sarkasme
Majas yang menyatakan sindiran kemarahan.
Contoh: Otakmu itu otak udang,
p. Repetisi
Majas yang menyatakan sesuatu dengan mengulanginya dengan
maksud menegaskan.
Contoh: Aku akan datang ke rumahmu, ke rumahmu.
q. Alusio
Majas yang menyatakan sesuatu dengan sebuah peribahasa.
Contoh: Kamu itu tong yang nyaring bunyinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar